Rain Ada di Kebun : Heboh, Tentunya


Bandung, It's Friday and i think i could write 10 "whys" i hate friday, especially today. NO, kidding. Sebenarnya saya tidak tahu harus menulis apa hari ini. Jadi selama beberapa saat sambil menunggu fax masuk dari bandara, saya berkelana ke flickr. Dan lihat apa yang saya temukan. Photo Bandung waktu malam hari. Luar biasa bukan?

Pagi di kota Banjaran, diantara jemuran kunyit dan bau apak yang semakin kuat, saya kira hujan kecil-kecil tidak akan hadir di kebun hari ini. Bicara soal hujan kecil, saya jadi teringat. Rabu, dua hari yang lalu, di kebun kedatangan rombonga kecil tamu dari Korea. Bapak dua orang dan satu anak interpreter imut yang bikin tante-tante, ibu-ibu gelisah. Anak dara apalagi.

Yang bikin semua manusia berkelamin perempuan mendadak jadi gundah gulana tentunya, ya, dua orang bapak itulah. Becanda aku. Bukanlah!!! Yang bapak-bapak berdua itu sudah lewat jaman keemasannya. Yang bikin tante-tante dan ibu-ibu mendadak menjadi makhluk histeris, ( gadis dara jangan dibilang lagi, histeris plus-plus ) adalah anak imut satu ekornya lagi. Itu, tuh, si interpreter yang mirip penyanyi "RAIN"   

Oh my Budhae ( ngomong-ngomong, budha dalam bentuk jamak pake "e" atau "s", ya? atau dua-duanya seperti budhaes? ). Si-Rain, tepatnya cowok imut mirip Rain, aselinya bernama KIM tapi karena kepincut wajahnya maka jadilah dia Rain-rain-an.

Beneran dia mirip Rain, mah, saya kagak tahu....tapi soal imut, hmmm, beneran ituh. Tinggi, kurus, rambut berponi menyentuh alis mata lentik. Dua bola matanya Medusa. Membuat saya ngak berani bersitatap lama-lama dengannya. Takut tersihir dan kaku terpesona.

Simata Medusa, ops, Rain, ternyata jago bercas-cis-cus-ces-cos pakai bahasa Indonesia. Pada suatu kesempatan saya bilang bahwa belakangan ini masih saja hujan, cuma hujan kecil-kecil tapi. Seperti sekarang misalnya.

Cowok pemilik sepasang mata Medusa yang bernama aseli Kim, kemudian bilang, "Seharusnya Anda bilang hujan gerimis, bukan hujan kecil-kecil."  Merahlah pipiku.

Pada kesempatan lain, rombongan tiga orang Korea itu minta diabadikan ( dipoto, maksudnya ) dengan buah nanas dan saya bilang, "Bersiap... satu, dua, gendong nanas-nya, tiga"

Klik...klik...klik.......hahahahahahahaha
( klik pertama adalah bunyi kamera, bunyi selanjutnya adalah suara ketawa cowok cantik bermata Medusa )

"Anda lucu, deh," katanya. Untuk kedua kalinya, merahlah pipiku.
"Seharusnya dipegang nanasnya, bukan digendong."

"Saya kan juga pingin digendong," kata saya pelan. Pelannn... sekali  sambil meliat kiri. Terus melihat kanan dengan was-was. Siapa tahu, ada yang ikut menguping suara yang cuma pantas digemakan di dalam batin.

Dan untuk tindakan ceroboh seperti itu, saya dihadiahkan cubitan kepiting saos buah peach di pinggang. Ouchh...sakit tentunya. Apa maksudnya, neh!!! Gaydar saya berbunyi kencang sekali. 

Apakah dia......( Ehemm....) cowok cantik bernama Rain, kadang-kadang bernama Kim telah menyihir beku saya dengan mata Medusanya? Untuk cowo seperti kamu. Saya ngak keberatan disihir jadi patung kemudian menjadi boneka mainan-mu.  

Lalu bagaimana kelanjutannya? Tentu saja tidak terjadi apa-apa. Saya belum berani meminta no. telepon atau alamat emailnya. Malamnya, saya masih merasa sisa nikmatnya cubitan kepiting sampai jatuh tertidur. Bekas cubitannya merah seperti pipiku. Arghhh....kapan dikau datang berkunjung lagi?

0 Response to "Rain Ada di Kebun : Heboh, Tentunya"