Kemarau, Akhirnya

Sudah dua minggu suara serangga tonggeret menghilang dari perkebunan. Musim kemarau? Akhirnya!!! Kota lain masih diguyur hujan kaget sekali-kali, mungkin. Tapi di sini, jauh dikeramaian, aroma kemarau mulai kerap mengusik hidung.

Bau kunyit, sedikit apak-apak, hasil pengeringan kurang sempurna minggu lalu mulai menyerang penciuman. Dan ada banyak hal yang harus dikerjakan minggu mendatang : membuang sisa kunyit yang terlanjur menjadi serbuk berjamur. Menjemur ulang kunyit setengah matang agar mengkerut kering sempurna, mengerus kunyit sejari-sejari menjadi bedak kuning. Dan tak lupa berdoa agar hasil kerja keras berminggu-minggu tidak menghasilkan komplain dari buyer sehingga bonus tahunan bisa utuh tak terganggu.

Aroma kemarau di kebun tak hanya didominasi kunyit, dalam sebulan mendatang, ada aroma manis jahe akan meramaikan kebun. Jahe berbentuk tangan lengkap dengan jejari akan matang dipanggang matahari dan tanah kering mempermudah panen.

Kalau Anda kebetulan berada di kantor, yang berada di tengah perkebunan seperti saya. Sesekali Anda akan mencium beraneka aroma rempah alam.

Tak jarang, ketika tak seorang pun berada di sekeliling, ketika merasa yakin tak seorang pun yang memperhatikan. Saya akan mencoba menyium ketek sendiri kemudian merasa bahagia karena walau pun seharian badan basah berkeringkat, ketek  samar-samar tetap beraroma kemarau Davidoff.      

Tidakkah kemarau itu menyenangkan?

0 Response to "Kemarau, Akhirnya"