Maka Biarkanlah Dia

Pada suatu hari, malam minggu berpekan-pekan lalu tepatnya. Sekelompok lelaki bujangan patah hati berkumpul di Parisj Van Java. Sekedar makan malam bersama. Sekedar nonton bersama. Sekedar cuci mata seadanya. Atau lebih tepat dikatakan melarungkan sepi bersama. 

Mungkin karena paling tua diantara bertiga, kemudian mereka berdua setengah memaksa Nei agar bisa menasehati anggota keempat, kebetulan anggota termuda, yang sudah mulai berpacaran agar berhati-hati menjalin hubungan dengan lelaki itu.

Mereka prihatin. 

"Dia itu masih firjin - ciuman saja belom pernah."

"Jangan terlalu berbaik sangka. Anak sekarang, umuran 13 tahun sudah bisa menghamili orang, Dia itu sudah 22 taun." 

" Tapi, pacarnya itu nga bener. Udah double umurnya, Tuir! Jelek!  Kaga punya duit lagi. Pokoknya ngak wu-tit lah punya pacar seperti dia. Masa kemana-mana si Bungsu yang bayarin. Beli kaos aja minta dihutangin dulu."

"Kalo si Bungsu secara financial lebih sehat, kenapa kamu yang keberatan? Toh, yang dibelanjakan juga untuk pacarnya. Suka-suka lah yang punya duit"

"Loe, kaga ngerti Nei. Si Bungsu, kemana-mana boleh bawa mobil. Jajan suka-suka.Tapi dia itu kan baru selesai kuliah. Belum kerja lagi. Masa bulan kemarin saja, si Bungsu yang bayarin cicilan motornya."

"Terus apa yang harus saya bilang ke dia?"

Dia mendadak bisu. 
Nei diam menunggu.
Orang terakhir pura-pura dunggu.

"Saya kira kalau Nei yang bicara mungkin si Bungsu mau dengar. Kami sudah coba tapi malahan jadi musuhan"

"Ya. Wajarlah kalau si Bungsu marah. Turut campur asmara orang  kasmaran bagaikan mengusik anjing birahi. Bukannya kabur anjingnya  tapi habislah dikau digigit."

"Terus harus bagaimana?" 

"Si Bungsu itu bukan orang bego. Kalau memang dia ngak pantas buatnya. Cepat atau lambat dia akan menyadarinya....."

Jadi jangan ganggu dia. Biarkan dia jatuh cinta kemudian patah hati. Jatuh cinta. Lalu patah hati untuk kesekian kalinya. Asalkan dia bisa bangkit lagi. Dia akan belajar banyak hal. Pengalaman itu akan membuatnya semakin kuat dan yang terpenting dia akan belajar bahwa hidup ini tidak ada yang namanya fairy love story.

Sebagai seorang sahabat, kamu tidak bisa berbuat apa-apa kecuali berada di sampingnya pada  saat yang tepat ketika dia sangat membutuhkan dukunganmu.

Maka...biarkanlah dia jatuh cinta....
dan merana pula karena cinta....  


2 Responses to "Maka Biarkanlah Dia"

Chrysogonus mengatakan...

That's the sweetest advice, ko. And that's what a friend should do.

Farrel Fortunatus mengatakan...

jangan karena sudah merasa dekat berteman, lantas kita merasa berhak mencampuri urusan pribadi teman kita. apalagi urusan asmara dan uang, sangat sensitif untuk dibahas. a friend in need is a friend indeed.