Solitary Backpacker Adventure : Pangalengan


Minggu pagi kemarin , 08 Agustus 2010, jam 09:15, Nei berada di lokasi :  PLTA Plengan, Pangalengan, sendirian.

Sejak bergabung dengan kelompok "barepacker" ( indo-backpacker, maksudnya  ) beberapa minggu yang lalu, Nei mulai memberanikan diri untuk melakukan petualangan jalan-jalan ala backpacker secara solo. Berbekal motto : trotting the world on budget, siapa takut, nei memilih kota Pangalengan sebagai tujuan backpackering perdana.

Tidak ada alasan khusus kenapa Pangalengan. Yang jelas, bukan alasan Taufik Hidayat berasal dari sana tapi lebih karena lokasi kebun tempat saya bekerja. Jadi dekat dan ngak repot. Dengan persiapan seadanya : Nei membuat itinary seperti ini.

Tujuan :
PLTA Lamajan : daya tarik : lori yang bisa dinaiki untuk menuruni bukit : budget : gratis
PLTA Plengan : daya tarik : kaga tau : tapi karena dekat PLTA Lamajan, jadi sekalian diintip.
Makan siang : kota Pangalengan : budget Rp20 ribu
Situ Cileunca : daya tarik : danau buatan, perkebunan strawberry dan arbei :  budget : 30 ribu

Dengan info sekedarnya, Nei tiba di kota Pangalengan jam 08.54 dan baru menyadari telah melewati PLTA Lamajan, sehingga harus memutar balik arah ke Banjaran. Tidak berhasil menemukan PLTA Lamajan, PLTA Plengan pun disinggah.
</></></></></></></></></></></> <>
</></>
  </></></></></></></></></></></>
Sekilas info tentang PLTA Plengan

PLTA Plengan didirikan pada tahun 1920 oleh pemerintahan kolonial Belanda untuk kepentingan penyediaan aliran listrik gedung-gedung pemerintahan Belanda seperti di gedung Merdeka dan daerah pertokoan yang terletak di jalan Braga dan Dago tea house. Dengan demikian bisa dikatakan PLTA Plengan merupakan pembangkit listrik tenaga air tertua di Indonsia.

Disamping kiri bangunan tua PLTA, terdapat dua pipa besar berwarna hijau berdampingan menjulur tinggi menelusuri kemiringan lereng bukit. Dari kedua pipa tersebutlah, air yang berasal dari Sungai Cisangkuy, Cisarua, dan Situ Cileunca tersebut kemudian dialirkan ke 5 turbin yang menghasilkan tenaga listrik sebesar 6,75 MW  

( view dari bawah ke atas )

Nei memaksakan diri untuk menaiki anak tangga yang berjumlah 400 dengan berpegangan pada pipa yang berdiameter 1.2 meter dengan panjang lebih kurang 206 meter. Dilihat dari bawah, ( seperti gambar ), kelihatannya cukup menyenangkan untuk berada di atas sekalian mengambil poto.

Untuk itu dibutuhkan stamina yang cukup kuat untuk menapaki anak tangga satu persatu. Nei sampai ngos-ngosan ketika tiba di sana dan butuh sekitar 10 menit untuk memulihkan napas. Lumayan menguras tenaga, kalau dibandingkan dengan workout di gym, setara dengan squat 3 set berturut-turut tanpa istirahat. Bayangkan pegel tak??

( view dari atas ke bawah )

Sepulangnya dari lokasi PLTA Plengan, nei kebinggungan. Balik lagi ke Pangalengan terus ke Situ Cileunca atau mencari lokasi PLTA Lamajan. Karena takut kehujanan, Nei akhirnya memutuskan ke Lamajan tapi kali ini tetap tidak berhasil menemukannya. Alih-alih, Nei menemukan situs rumah adat Cikondang dengan makam keramatnya.

Di dekat makam keramat tersebutlah Nei berhasil memotret bayangan aneh.
( cerita sama potonya besok saja, okay? )
note tambahan : 
Konon di daerah Pangalengan ada sebuah jembatan kuno yang bernama jembatan Syphon yang menyeramkan.

1 Response to "Solitary Backpacker Adventure : Pangalengan"

Farrel Fortunatus mengatakan...

tangga terjal PLTA Pangalengan? beneran bikin gempor, gw pernah coba he he he... gw pernah lanjut ke curug ciceret (air terjun), udah jauh" ternyata airnya keciiiiiiil bgt, kaya pancuran gitu he he he... PLTA Lamajan? yang di cikalong ya? kl suka dengan backpacker ke tempat pembangkit listrik, coba deh ke PLTP Kamojang seru tuh, areanya luas banget, ada kawah dll. dulu gw suka camping di danau ciharus (berada ditengah utan).